Jelajah Situs Sejarah bersama KJSS UPY

Sabtu tanggal 23 September 2023 Komunitas Jelajah Situs Sejarah (KJSS) Prodi Pendidikan sejarah UPY menyelenggarakan kegiatan jelajah situs sejarah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa, pemerhati sejarah serta masyarakat umum. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengajak seluruh mahasiswa maupun masyarakat umum untuk bersama-sama belajar sejarah langsung ke tempat situs terkait. Adapun situs sejarah yang dikunjungi diantaranya Makam Cendonosari ( Makam Patih Danurejo VII ), Masjid Sulthoni Wotgaleh ( Makam Hastono Wotgaleh ), dan Candi Abang.

Pada situs yang pertama, yakni Makam Cendonosari ( Makam Patih Danurejo VII ), peserta belajar mengenai sejarah pendirian makam dan sosok Patih Danurejo VII. Menurut penuturan juru kunci makam yaitu bapak Seno Wantoro, Patih Danurejo VII merupakan adalah seorang Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta dan seorang seniman andalan. Beliau merupakan inisiator pementasan wayang orang di luar benteng kraton ( masyarakat sekitar ) dengan menciptakan menciptakan Langen Mandra Wanara di mana tarian-tariannya dilakukan dengan jongkok dan dialognya berupa tembang. Di samping itu , beliau juga menciptakan sejenis gamelan yang disebut gamelan beling karena bilahnya terbuat dari pecahan kaca.

Kemudian kunjungan yang kedua adalah Masjid Sulthoni Wotgaleh ( Makam Hastono Wotgaleh ). Di situs ini seluruh peserta belajar mulai dari sejarah masjid hingga makam. Dari beberapa literatur menjelaskan bahwa Masjid Sulthoni Wotgaleh ini merupakan salah satu Masjid Kagungan Dalem ( Masjid Keraton ) yang dibangun pada awal abad ke-17. Terdapat makam juga bernama Makam Hastono Wotgaleh yang berada disebelah barat masjid. Menurut Bapak Syawal selaku juru kunci makam, menuturkan bahwa terdapat beberapa tokoh fenomenal Kerajaan Mataram Islam yang dimakamkan dimakam ini. Tokoh-tokoh tersebut masih beberapa keturunan Ki Ageng Giring dan Panembahan Senapati ( Raja Kerajaan Mataram Islam Pertama ). Salah satu makam yang istimewa adalah makam Pangeran Purbaya yang merupakan putra dari Panembahan Senapati yang sering dijuluki sebagai “ Banteng Mataram ” atau panglima/ jenderal perang Kerajaan Mataram Islam. Selain itu di sekeliling makam tersebut masih ada beberapa tokoh yang dimakamkan yang dipercaya masih memiliki garis keturunan atau keluarga dengan kerajaan. Dari kedua situs diatas, seluruh peserta tidak hanya belajar sejarah, namun juga sekaligus ziarah dan mengirimkan doa.

Situs terakhir yang dikunjungi adalah situs Candi Abang yang berada di wilayah Berbah Sleman. Secara historisnya, Candi Abang ini dipercaya berdiri pada abad ke-9 yang berarti masih pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Dari beberapa catatan seperti yang dilakukan oleh Ijzerman dalam Beschrijving der Oudheden nabij de grens der residenties Soerakarta en Djogdjakarta (1891), tertulis bahwa Candi Abang ini dibangun dengan batu bata merah. Hal tersebut mempertimbangkan dari kondisi wilayah di sekitar Candi Abang sendiri yang terdiri dari banyak batu kapur dan tanah yang keras. Penamaan Candi Abang ini juga disesuaikan dengan warna batu bata yang digunakan untuk membangun candi, yakni warna merah, atau dalam bahasa Jawanya Abang. Candi Abang dianggap oleh beberapa orang sebagai tempat penyimpanan harta karun pada zaman dahulu kala, oleh karena itu candi ini dulu dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga. kondisi Candi Abang saat ini banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh tampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil.

“Salam budaya, lestari budayaku”, “Viva Historia, Vitae Magistra”, dan “Salam JASMERAH”. Nantikan kegiatan jelajah sejarah berikutnya!!! ( Habib )

Share:

Pendaftaran

Informasi Pendaftaran Bisa menghubungi Hotline di :
+62 878 4086 1558
+62 858 4844 0051
[email protected]
Mari Bergabung menjadi Civitias Akademika Universitas PGRI Yogyakarta

Pos Terbaru