
Setiap akan tiba hari kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus selalu diperingati dengan berbagai warna-warni kegiatan masyarakat dengan penuh gegap gempita. Seremonial upacara kemerdekaan tampak sangat meriah dan khidmat ditambah aneka perlombaan beserta ubo rampenya mengiringi. Setidaknya adalah dengan menyelenggarakan upacara bendera 17 Agustus di tempat masing-masing. Di tengah-tengah gegap gempitanya perayaan kemerdekaan tentunya kita tidak boleh lengah. Tahun 2045 yang kita gadang-gadang sebagai generasi emas putra-putri Indonesia apakah betul-betul akan tercapai yang artinya memiliki spirit karakter Ke-Indonesiaan yang tangguh sehingga dapat menjadi gelombang penentu masa depan yang lebih cerah atau justru hanya akan menjadi buih yang kemudian tergulung oleh arus. Pada kesempatan ini kita harus mulai resah menimbang diri masing-masing kemudian bergumam dan bertanya dalam batin “apa yang sudah kita kontribusikan selama ini dalam mengisi kemerdekaan?” Pertanyaan selanjutnya kemudian diikuti “apa yang sudah kita mulai siapkan untuk generasi mendatang. Bekal-bekal apa yang perlu disiapkan?
Paling tidak ada dua bekal yang perlu disampaikan kepada generasi milenial, generasi mendatang di tengah-tengah arus teknologi yang amat deras. Pertama, bekal pendirian, keyakinan yang teguh yang diiringi dengan sikap percaya diri yang kokoh. Hal ini dapat dimaknai bahwa generasi mendatang harus memiliki pegangan hidup yang kuat. Bekal ini dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan Masyarakat melalui proses sosialisasi dan enkulturasi nilai, etika, budaya dan agama dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bekal ini generasi masa depan akan amat rapuh dalam menghadapi berbagai problem dan tantangan hidup di masa yang akan datang. John Gardner seorang politisi sekaligus cendekiawan dari Amerika Serikat pernah berkata “No nation can achieve greatness unless it believes in something, an unless that something has moral dimensions to sustain a great civilization.” Dimanapun tidak ada bangsa yang dapat mencapai tahapan puncak kebesaran jika bangsa itu tidak percaya kepada sesuatu, dan jika tidak sesuatu yang dipercayainya itu memiliki di mensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar (Latif, 2011). Pengajaran sekaligus praktek nilai, etika, moral dan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari adalah syarat utama yang perlu dipenuhi. Dengan bekal itu generasi mendatang benar-benar memiliki bekal, rambu-rambu yang diyakininya sehingga menjadi pendirian dan pegangan hidup di masa yang akan datang. Buah dari ini adalah generasi yang akan datang memiliki sikap dan mental percaya diri yang tangguh.
Kemudian bekal kedua adalah menanamkan sikap optimisme dan selalu berkontribusi nyata untuk masyarakat serta memiliki tanggungjawab moral sekecil apapun bagi bangsanya. Buah dari hal ini adalah generasi yang akan datang akan menjawab berbagai tantangan bangsa melalui karya dan kreativitas dalam bidang dan profesinya masing-masing. Mereka tidak akan menjadi buih, atau guruh melainkan akan menjadi gelombang yang ikut menentukan arus Sejarah bangsa yang lebih baik dan mencerahkan. Generasi seperti inilah yang sesuai dengan apa yang telah digambarkan dalam Qur’an (QS. 13:17) bahwa mereka seperti air hujan yang jatuh ke bumi kemudian menumbuhkan tanaman-tanaman hingga menjadi subur serta bertumbuh bunga-bunga yang indah. Tentunya hal ini adalah PR besar bersama seluruh elemen Masyarakat dan bisa dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
sumber: https://upy.ac.id/berita/generasi-milenial-harus-kreatif-percaya-diri-tangguh-dan-optimis/